Dahulu hiduplah sebuah
Ngliman, Kecamatan Sawahan,
Kabupaten Nganjuk. Mereka
adalah Begawan, istri nya Dewi
Sri serta adik ipar nya
Barata. Mereka adalah
keluarga yang disegani
masyarakat sekitar bahkan
sebagai panutan dan sesepuh
di desa tersebut. Mereka
sangat taat pada agama.
Segudang ilmu agama telah ia
kuasai sehingga bila ada
orang yang memerlukan
mereka dengan senang
membantunya. Dalam
kehidupan sehari - hari
mereka sangat baik suka
menolong rela berkorban demi
kepentingan umum atau orang
lain. Tidak pernah berfikir
tentang kepentingan pribadi.
Mereka berpandangan hidup
adalah milik Alloh dan akan
kembali kepada-Nya. Oleh
karena itu banyak orang yang
datang untuk belajar agama
minta nasehat maupun minta
berkah do’a darinya.
Namun suatu ketika situasi
sedikit berubah, entah setan
dari mana yang telah
merasuki salah satu darinya,
Barata sering melakukan hal
hal tercela. Ia tidak suka lagi
membantu orang yang sedang
susah bahkan menghinanya.
Bahkan ia sering mengganggu
ketentraman warga
sekitarnya.
Pernah suatu
ketika Begawan melihat
Barata bercakap – cakap
dengan seseorang.
” Den tolong saya den. Berilah
saya sesuatu, anak dan
istriku seharian belum
makan. ” kata si fakir miskin.
”Kalau belum makan, pergi
saja ke warung. Jadi orang
jangan malas. Mana
mungkin kamu punya sesuatu
kalau tidak mau bekerja. Lalu
apa urusan nya
dengan ku ?” jawab Barata.
” Tolong saya den berikan
saya sedikit makanan untuk
keluarga saya den kali ini
saja.” Kata si miskin.
” enak saja kamu minta
makanan padaku.
Memang
kamu
siapa? Pergi sana.. Dasar orang
miskin kerjaan nya cuma
minta – minta saja.
” Apakah tidak ada rasa
kasihan den..melihat saya
dan keluarga saya Den?”
pinta si fakir miskin itu
dengan belas kasihan.
” aku tidak peduli! Kamu mau
kelaparan pun aku tak peduli
sama kamu.”
Gertak Barata.
Mendengar hal itu Begawan
sangat marah kepada Barata
karena tindakan Barata
sangat tidak terpuji dan
tidak seharus nya di lakukan.
Oleh karena itu Begawan ingin
menasehati Barata. Pada
suatu hari Begawan memanggil
Barata di ajak duduk berdua.
” Barata pantaskah
perbuatanmu kemarin sebagai
orang yang hidup di dunia ini
memperlakukan sesama
dengan semena mena?
” Dia itu orang malas kalau
tidak diberi pelajaran mana
mungkin ia berubah?
Terjadilah perang mulut
diantara mereka.
Mereka berbeda pandangan,
maka tidak pernah lagi ada
kecocokan. Dipuncak
kemarahanya, Begawan
terpaksa harus mengusir adik
iparnya dari rumah.
” Kalau memang demikian
maumu lebih baik kamu pergi
dari rumah ini atau aku yang
pergi, kita tidak sejalan lagi.”
kata Begawan.
” Baiklah aku akan pergi
sekarang!” jawab Barata.
Barata pergi dan mengembara
jauh meninggalakan Gunung
Wilis. Dewi Sri sangat sedih
karena Begawan mengusir
adiknya.Padahal Barata
sudah tidak punya siapa –
siapa kecuali kakaknya Dewi
Sri. Ia bingung harus berbuat
apa. Lebih berat adiknya atau
suaminya, keduanya sangat
dicintainya.
” Kanda mengapa kanda tega
mengusir Barata dari sini?
tanya Dewi Sri.
” Karna dia sudah tidak
pantas disini, tidak bisa
jidadikan contoh
masyarakat,semua ilmu yang
sudah aku ajarkan di
abaikan.”
” Kanda aku mohon jangan
usir dia.. Aku mohon kanda.”
Pinta Dewi Sri kepada
suaminya.
” Aku tak bisa istriku, dia
sudah keterlaluan dan tidak
bisa dinasehati lagi. Biar ia
dapat mengambil pelajaran
dari semua ini, kalau memang
kamu berat dengan adikmu
dan semua sifat tercelanya
itu, terserah kamu. Berat
mana antara suami dan
adik?”
Dewi Sri pun bingung untuk
memilih. Dan akhir nya Dewi
Sri memutus kan untuk pergi
mengembara mencari adik
satu satunya itu.Tinggalah
Begawan sendiri di rumah.
Begawan berusaha untuk
mencegah kepergian istrinya
tetapi gagal ia sudah bertekat
bulat untuk mencari adiknya.
Begawan merenungi semua
kejadian ini. Dia tidak punya
pilihan lain kecuali harus
hidup menyendiri sebagai
seorang duda.
Dia pun bergi
untuk membersihkan diri
mohon petunjuk kepada Alloh
dengan cara bertapa di bawah
air terjun yang sangat tinggi
untuk selamanya. Orang –
orang sekitar yang
memerlukan bagawan sering
mengunjungi untuk minta
nasehat atau petuahnya.
Anehnya selama bertapa
begawan tidak pernah berubah
ia selalu tampak muda
terutama di awal tahun baru
hijriah Muharam atau bulan
Suro. Semenjak itulah banyak
orang yang berdatangan
untuk mensucikan diri dan
mencari berkah di sana.
Mereka percaya barang siapa
yang melakukan ritual di
bawah air terjun tersebut
akan mendapat berkah dan
awet muda terutama di awal
tahun baru hijriah atau bulan
Suro. Dan air terjun tersebut
di kenal dengan nama SEDUDO
yang artinya seorang dudo.
Sampai sekarang masyarakat
masih percaya dengan mitos
tersebut. Banyak masyarakat
yang datang ke air terjun
sedudo untuk mandi
mensucikan diri agar
mendapat berkah dan awet
muda. Terutama di tahun baru
Hijriah atau bulan Suro.
Jumat, 12 November 2010
candi ngetos
Melanjutkan cerita tentang
legenda candi ngetos,kalau di
post yang lalau adlah rutenya jika
para word ingin melihat candi
bersejarah peninggalan zaman
kerajaan majapahit,lebih asik
sambil Tanya Tanya sama warga
sekitar atau ke tempat gue di
deket selepan padi. (Jadi nglantur
kemana mana) oke saya
lanjutkan,
Candi Ngetos berlokasi di Desa
Ngetos setelah polsek ngetos
sebelah kanan jalan, Kecamatan
Ngetos,kabupaten_nya yang pasti
nganjuk ,berdasarkan bentuknya
candi ini dibuat pada abad XV
yaitu pada zaman kerajaan
(Majapahit). Dan menurut
penelitian juga, candi tersebut
dibuat untuk rencana tempat
pemakaman raja Hayam Wuruk
dari Majapahit. Bangunan ini
secara bentuknya sudah rusak,
bahkan diantara bagiannya
terdapat yang hilang, sehingga
sukar sekali untuk disusun dalam
bentuk aslinya.
Berdasarkan arca yang ditemukan
dalam candi ini, yaitu berupa arca
Siwa dan arca Wisnu, dapat
disimpulkan bahwa Candi Ngetos
bersifat Siwa–Wisnu. Sehingga
apabila dihubungkan dengan
agama yang dianut oleh raja
Hayam Wuruk, maka akan sesuai
yaitu agama Siwa-Wisnu.
Bangunan utama candi tersebut
terdiri dari batu merah
Pahatan/ukiran Candi Ngetos ada
empat buah, namun saat ini hanya
tinggal satu, yang tiga sudah tidak
ada.sedangkan tepi bawahnya
dihiasi dengan motif kelompok
buah dan ornamen daun.Di
sebelah kanan dan kiri candi
terdapat dua relung kecil yang di
atasnya ada sebuah ornamen
bentuk spiral besar Dindingnya
terlihat kosong, tidak terdapat
ukiran , hanya di atasnya terdapat
motif daun yang melengkung ke
bawah dan horisontal, melingkari
tubuh candi bagian atas.
Adanya motif patung kala yang
begitu besar, yaitu berukuran
tinggi hamper setinggi orang
dewasa. Patung Kolo(bethoro
kolo) tersebut masih utuh
terletak disebelah selatan.
Wajahnya cukup menakutkan, hal
ini menggambarkan bahwa kolo
tersebut mempunyi kewibawaan
yang besar dan agaknya dipakai
sebagai penolak bala.Candi
Ngetos, yang sekarang tinggal
bangunan induknya yang sudah
rusak , dibangun atas prakarsa
raja Hayam Wuruk.konon
ceritanya Tujuan pembuatan
candi ini sebagai tempat
penyimpanan abu jenasahnya jika
kelak wafat.namun sebenarnya
bukan di candi ngetos yang saya
ceritakan ini melainkan di candi
ngetos yang sekarang sudah
hilang ,raja Hayam Wuruk ingin
dimakamkan di situ karena
daerah Ngetos masih termasuk
wilayah Majapahit yang
menghadap Gunung Wilis, yang
seakan-akan disamakan dengan
Gunung Mahameru.
Pembuatannya diserahkan pada
pamannya raja Ngatas
Angin,Raden Ngabei
Selopurwotoo.
Konon ceritanya pula, di Ngetos
dulu terdapat dua buah candi
yang bentuknya sama (kembar),
sehingga mereka namakan Candi
Tajum. Hanya bedanya, yang satu
lebih besar dibanding lainnya.
disekitar candi Ngetos ini
terdapat sebuah
Paramasoeklapoera, tempat
pemakaman Raja Hayam Wuruk.
Mengenai kata Tajum dapat
disamakan dengan Tajung, setelah
Hayam Wuruk meninggal dunia,
maka makamnya diletakkan di
Tajung, daerah Berbek.(kalau
setahu saya berbek itu pasar)
mungkin di sekitar pasar berbek.
liemboy.xt
legenda candi ngetos,kalau di
post yang lalau adlah rutenya jika
para word ingin melihat candi
bersejarah peninggalan zaman
kerajaan majapahit,lebih asik
sambil Tanya Tanya sama warga
sekitar atau ke tempat gue di
deket selepan padi. (Jadi nglantur
kemana mana) oke saya
lanjutkan,
Candi Ngetos berlokasi di Desa
Ngetos setelah polsek ngetos
sebelah kanan jalan, Kecamatan
Ngetos,kabupaten_nya yang pasti
nganjuk ,berdasarkan bentuknya
candi ini dibuat pada abad XV
yaitu pada zaman kerajaan
(Majapahit). Dan menurut
penelitian juga, candi tersebut
dibuat untuk rencana tempat
pemakaman raja Hayam Wuruk
dari Majapahit. Bangunan ini
secara bentuknya sudah rusak,
bahkan diantara bagiannya
terdapat yang hilang, sehingga
sukar sekali untuk disusun dalam
bentuk aslinya.
Berdasarkan arca yang ditemukan
dalam candi ini, yaitu berupa arca
Siwa dan arca Wisnu, dapat
disimpulkan bahwa Candi Ngetos
bersifat Siwa–Wisnu. Sehingga
apabila dihubungkan dengan
agama yang dianut oleh raja
Hayam Wuruk, maka akan sesuai
yaitu agama Siwa-Wisnu.
Bangunan utama candi tersebut
terdiri dari batu merah
Pahatan/ukiran Candi Ngetos ada
empat buah, namun saat ini hanya
tinggal satu, yang tiga sudah tidak
ada.sedangkan tepi bawahnya
dihiasi dengan motif kelompok
buah dan ornamen daun.Di
sebelah kanan dan kiri candi
terdapat dua relung kecil yang di
atasnya ada sebuah ornamen
bentuk spiral besar Dindingnya
terlihat kosong, tidak terdapat
ukiran , hanya di atasnya terdapat
motif daun yang melengkung ke
bawah dan horisontal, melingkari
tubuh candi bagian atas.
Adanya motif patung kala yang
begitu besar, yaitu berukuran
tinggi hamper setinggi orang
dewasa. Patung Kolo(bethoro
kolo) tersebut masih utuh
terletak disebelah selatan.
Wajahnya cukup menakutkan, hal
ini menggambarkan bahwa kolo
tersebut mempunyi kewibawaan
yang besar dan agaknya dipakai
sebagai penolak bala.Candi
Ngetos, yang sekarang tinggal
bangunan induknya yang sudah
rusak , dibangun atas prakarsa
raja Hayam Wuruk.konon
ceritanya Tujuan pembuatan
candi ini sebagai tempat
penyimpanan abu jenasahnya jika
kelak wafat.namun sebenarnya
bukan di candi ngetos yang saya
ceritakan ini melainkan di candi
ngetos yang sekarang sudah
hilang ,raja Hayam Wuruk ingin
dimakamkan di situ karena
daerah Ngetos masih termasuk
wilayah Majapahit yang
menghadap Gunung Wilis, yang
seakan-akan disamakan dengan
Gunung Mahameru.
Pembuatannya diserahkan pada
pamannya raja Ngatas
Angin,Raden Ngabei
Selopurwotoo.
Konon ceritanya pula, di Ngetos
dulu terdapat dua buah candi
yang bentuknya sama (kembar),
sehingga mereka namakan Candi
Tajum. Hanya bedanya, yang satu
lebih besar dibanding lainnya.
disekitar candi Ngetos ini
terdapat sebuah
Paramasoeklapoera, tempat
pemakaman Raja Hayam Wuruk.
Mengenai kata Tajum dapat
disamakan dengan Tajung, setelah
Hayam Wuruk meninggal dunia,
maka makamnya diletakkan di
Tajung, daerah Berbek.(kalau
setahu saya berbek itu pasar)
mungkin di sekitar pasar berbek.
liemboy.xt
Langganan:
Postingan (Atom)